Sabtu, 31 Maret 2012
Amal seorang hamba dan rahmat Allah swt.
Amal seorang hamba dan rahmat Allah swt.
Jabir ra berkata, “ Suatu saat Rasulullah saw menemui kami. Beliau berkata, « Baru saja kawan setiaku, Jibril, pergi dari hadapanku.
Ia berkata kepadaku, « Muhammad, demi dzat yang mengutusmu secara benar, sesungguhnya Allah mempunyai seorang hamba yang menyembah-Nya selama lima ratus tahun di atas sebuah gunung di sebuah laut. Tinggi dan lebar gunung tersebut adalah tiga puluh dira’. Sedangkan laut yang mengelilinginya seluas empat ribu farsakh.
Di dekat orang tersebut keluar sebuah mata air tawar sebesar jari tangan yang terus menerus mengalir. Mata air ini bersumber dari bawah gunung. Sementara itu diatas gunung tersebut, di dekat ahli ibadah ini, terdapat sebuah pohon apel yang setiap malam selalu berbuah. Siang dan malam orang ini terus-menerus menyembah Allah. Jika waktu sore tiba ia turun untuk mengambil air minum dan apel. Setelah selesai melakukan hal itu, ia meneruskan lagi ibadahnya.
Selanjutnya orang itu meminta kepada Tuhannya agar diambil nyawanya dalam keadaan sedang sujud. Dan dia meminta kepada Allah agar tidak memberikan kesempatan kepada bumi atau perkara lainnya untuk mengganggu dirinya sampai dirinya dibangkitkan nanti dalam keadaan sujud”.
“ Maka Allah ”, lanjut Jibril, “ mengabulkan apa yang diminta olehnya. Kami biasa melewati orang tersebut ketika kami turun dari dan naik ke langit. Kamipun berdasarkan ilmu menemukan bahwa orang ini pada hari Kiamat akan dibangkitkan”.
Ia berdiri di hadapan Allah swt. Tuhan berkata kepadanya : “ Wahai para malaikat, masukanlah hamba-Ku ini kedalam surga karena rahmat-Ku!”. Orang tersebut berkata “ Wahai Tuhanku, atas amalku ( bukan karena kasihan)”.
Allah berkata, “ Wahai para malaikat, masukanlah hamba-Ku ini kedalam surga karena rahmat-Ku!”. Orang tersebut berkata lagi “ Wahai Tuhanku, atas amalku (bukan karena kasihan)”.
Lalu Allah swt berkata, “ Wahai para malaikat, ukurlah amal hamba-Ku ini dengan nikmat-Ku kepadanya!”
Ternyata ditemukan bahwa sebuah nikmat dapat melihat saja telah mampu melingkup ibadahnya yang dilakukan selama 500 tahun. Kemdian ditambah nikmat jasad yang masih jauh terbandingi oleh amalnya.
“ Bawa lagi orang itu kesini!”.
Maka dihadapkan kepada Allah. Allah swt berfirman,
“ Wahai hamba-Ku, siapa yang menciptakanmu padahal sebelumnya engkau bukan apa-apa?”. Ia menjawab:” Engkau, wahai Tuhanku”.
Allah bertanya lagi : “ Siapa yang memberi kekuatan kepadamu untuk ibadah selama 500 tahun ?” I a menjawab :” Engkau , wahai Tuhanku”.
Allah bertanya lagi:” Siapa yang menempatkanmu untuk berada di atas gunung yang berada di tengah-tengah lautan? Siapa yang mengeluarkan air tawar untukmu? Siapa yang mengeluarkan apel setiap malam padahal biasanya pohon apel berbuah sekali dalam setahun ? Dan siapa yang diminta olehmu untuk dapat mencabut nyawamu pada saat sujud?”
Sang hamba tersebut menjawab, : Engkau, wahai Tuhanku!”.
“Nah, itu semua atas rahmat-Ku dan atas rahmat-Ku pula aku memasukkan kedalam surga. Wahai para malaikat, masukkan hamba-Ku ini kedalam surga! Sungguh, engkau hamba-Ku yang paling baik !”.
Maka Allah memasukkan hamba itu kedalam surga.
Kisah orang kusta, berkepala botak dan orang buta
Kisah orang kusta, berkepala botak dan orang buta
“Dan jika kami melimpahkan kepadanya sesuatu rahmat dari kami, sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata “ini adalah hak-ku. … … ”. (QS. Fushshilat(41):50).
“(Qarun) berkata : sesungguhnya aku diberi harta kekayaan ini, tiada lain karena ilmu yang ada padaku. … … ” (QS. Al Qashash(28): 78).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Sesungguhnya ada tiga orang dari bani Israil, yaitu : Penderita penyakit kusta, orang berkepala botak, dan orang buta. Kemudian Allah Subhanahu wata’ala ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat.
Maka datanglah malaikat itu kepada orang pertama yang menderita berpenyakit kusta dan bertanya kepadanya :
“Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan ?”,
ia menjawab :
“Rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”.
Maka diusaplah orang tersebut, dan hilanglah penyakit itu, serta diberilah ia rupa yang bagus, kulit yang indah, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya :
“Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi ?”,
ia menjawab :
“Unta atau sapi”
maka diberilah ia seekor onta yang sedang bunting, dan iapun didoakan :
“Semoga Allah memberikan berkahNya kepadamu dengan unta ini.”
Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang kepalanya botak, dan bertanya kepadanya :
“Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan ?”
ia menjawab :
“Rambut yang indah, dan apa yang menjijikan dikepalaku ini hilang”
maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah, kemudian malaikat tadi bertanya lagi kepadanya :
“Harta apakah yang kamu senangi ?”
ia menjawab :
“Sapi atau unta”
maka diberilah ia seekor sapi yang sedang bunting, seraya didoakan :
“Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.”
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang buta, dan bertanya kepadanya :
“Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”
ia menjawab :
“Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang”
maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya :
“Harta apakah yang paling kamu senangi ?”
ia menjawab :
“Kambing”
maka diberilah ia seekor kambing yang sedang bunting.
Lalu berkembangbiaklah onta, sapi dan kambing tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah onta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.
Sabda Nabi Shallallahu’alaihi wasallam berikutnya :
Kemudian datanglah malaikat itu kepada orang yang sebelumnya menderita penyakit kusta, dengan menyerupai dirinya disaat ia masih dalam keadaan berpenyakit kusta, dan berkata kepadanya :
“Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan yang banyak ini, aku minta kepada anda satu ekor onta saja untuk bekal meneruskan perjalananku”,
tetapi permintaan ini ditolak dan dijawab :
“Hak-hak (tanggunganku) masih banyak”
kemudian malaikat tadi berkata kepadanya :
“Sepertinya aku pernah mengenal anda, bukankah anda ini dulu orang yang menderita penyakit lepra, yang mana orangpun sangat jijik melihat anda, lagi pula anda orang yang miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda harta kekayaan ?”
dia malah menjawab :
“Harta kekayaan ini warisan dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat”
maka malaikat tadi berkata kepadanya :
“jika anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan anda kepada keadaan anda semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya berkepala botak, dengan menyerupai dirinya disaat masih botak, dan berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakita lepra, serta ditolaknya pula permintaanya sebagaimana ia ditolak oleh orang yang pertama.
Maka malaikat itu berkata :
“jika anda berkata bohong niscaya Allah akan mengembalikan anda seperti keadaan semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu disaat ia masih buta, dan berkata kepadanya :
“Aku adalah orang yang miskin, yang kehabisan bekal dalam perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga kau tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah kemudian pertolongan anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku”.
Maka orang itu menjawab :
“Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak anda sukai. Demi Allah, saya tidak akan mempersulit anda dengan mengembalikan sesuatu yang telah anda ambil karena Allah”.
Maka malaikat tadi berkata :
“Peganglah harta kekayaan anda, karena sesungguhnya engkau ini hanya diuji oleh Allah, Allah telah ridho kepada anda dan murka kepada kedua teman anda”.
(Hadits Riwayat. Bukhory dan Muslim).
Sebuah Penyesalan. ( Kisah Dalam Al-Qur’an)
Sebuah Penyesalan. ( Kisah Dalam Al-Qur’an)
Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan,
dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?
Sebenarnya mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan perkataan yang diucapkan oleh orang-orang dahulu kala.
Mereka berkata:
“Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan? Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu kala!”.
Katakanlah:
“Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?”
Mereka akan menjawab:
“Kepunyaan Allah.”
Katakanlah:
“Maka apakah kamu tidak ingat?”
Katakanlah:
“Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang besar?”
Mereka akan menjawab:
“Kepunyaan Allah.”
Katakanlah:
“Maka apakah kamu tidak bertakwa?”
Katakanlah:
“Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab) -Nya, jika kamu mengetahui?”
Mereka akan menjawab:
“Kepunyaan Allah.”
Katakanlah:
“(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?”
Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, Yang mengetahui semua yang ghaib dan semua yang nampak, maka Maha Tinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Katakanlah:
“Ya Tuhan, jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka, ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada di antara orang-orang yang zalim.”
Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka. Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.
Dan katakanlah:
“Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.”
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:
“Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan”.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.
Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.
Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya?
Mereka berkata:
“Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat. Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”
Allah berfirman:
“Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku”.
Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdo`a (di dunia):
“Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik”.
Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu mentertawakan mereka. Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.
Allah bertanya:
“Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”
Mereka menjawab:
“Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.”
Allah berfirman:
“Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.”
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) `Arsy yang mulia.
Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.
Dan katakanlah:
“Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik.”
(QS.Al-Mu’minun(23):80-118).
Maha Benar Allah Dengan Segala Firman-Nya.
Perdamaian Hudaibiyah dan Baitur Ridwan.
Perdamaian Hudaibiyah dan Baitur Ridwan.
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat. )”.(QS.Al-Fath(48):27).
Berdasarkan mimpi bahwa Rasulullah akan memasuki Masjidil Haram, maka pada suatu hari di bulan Dzulqa’idah tahun ke 6 H, Rasulullah mengumumkan keinginan beliau untuk menunaikan ibadah umrah. Pengumuman ini langsung disambut antusias oleh sekitar 1400 sahabat Anshar dan Muhajirin. Dengan mengenakan kain ihram serta membawa sejumlah binatang kurban ( al-hadyu) maka berangkatlah rombongan besar ini menuju Mekah yang ketika itu masih berada dibawah kekuasaan kaum Musryik Quraisy.
Setiba di Dzul Hulaifah, Rasulullah saw mengutus seseorang untuk mengintai keadaan kota Mekah. Rasulullah juga mengutus Ustman bin Affan ra pergi ke kota tersebut untuk mengabarkan kedatangan rombongan kepada kaum Muslimin yang ada di Mekah. Semula Rasulullah menginginkan Umar bin Khattab ra yang melakukan tugas tersebut. Namun karena Umar mempunyai hubungan yang kurang baik dengan keluarga besarnya akhirnya Ustman yang diutus.
Sementara itu Rasulullah dan rombongan terus berjalan perlahan meneruskan perjalanan. Hingga di suatu tempat utusan pengintai tadi kembali dan melaporkan bahwa orang-orang Quraisy telah menyiapkan bala tentara untuk memerangi dan mencegah kaum Muslimin memasuki Mekah dan thawaf di Baitullah.
“ Bagaimana pendapat kalian”, tanya Rasulullah begitu menerima laporan tersebut.
“ Wahai Rasulullah, engkau keluar untuk maksud ziarah ke Baitullah bukan untuk membunuh atau memerangi seseorang. Berangkatlah terus ! Jika ada orang yang menghalangi, kita akan memeranginya”, jawab Abu Bakar ra.
“ Berangkatlah dengan nama Allah”, sambut Rasulullah.
Lalu Rasulullah dan rombonganpun melanjutkan perjalanan. Namun untuk menghalangi hal-hal yang tidak diinginkan Rasulullah menunjuk salah seorang sahabat yang menguasai jalan pintas yang tidak biasa digunakan umum agar memimpin didepan.
Maka jadilah rombongan ini menyusuri jalan terjal, naik-turun lereng-lereng berbatu tajam. Hingga di suatu tempat di sebuah jalan ke arah Hudaibiyah, unta Rasulullah tiba-tiba berhenti dan tidak mau berjalan. Para sahabat terperanjat. “ Si Qushwa mogok”, seru mereka.
Rasulullah saw menyahut, “ Ia tidak mogok. Ia tidak berwatak demikian. Ia dihentikan oleh Allah swt seperti dahulu Allah menghentikan pasukan gajah. Demi Allah jika mereka memintaku suatu langkah (persyaratan) yang akan menghormati Tanah Haram, pasti akan aku kabulkan”.
Selanjutnya Rasulullah mengarahkan untanya untuk mundur dan berhenti di ujung Hudaibiyah. Para sahabat kemudian turun dan minum serta berwudhu di sebuah parit yang tidak begitu banyak airnya hingga akhirnya kering sama sekali. Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa setelah mendengar pengaduan para sahabat bahwa mereka kehabisan air, Rasulullah kemudian menancapkan sebatang anak panah di parit tersebut. Maka tak lama kemudian paritpun terisi air kembali. Para sahabat lalu berebutan menggunakan sumber air tersebut untuk berbagai keperluan.
Dalam suasana demikian inilah tiba-tiba datang seorang utusan Quraisy. Ia menyatakan bahwa pasukan Quraisy sedang dalam perjalanan untuk mengusir Rasulullah dan rombongan. Dengan tenang Rasulullah menjawab, “ Kami datang hanya untuk melaksanakan umrah. Sekalipun orang-orang Quraisy telah memutuskan untuk berperang, tetapi jika mereka suka, aku minta untuk menangguhkannya. Jika mereka enggan, demi Allah, aku siap memerangi mereka sampai orang-orang yang ada di belakangku tinggal sendirian. Dan Allah pasti akan menyelesaikan urusan-Nya”.
Utusan tersebut kemudian kembali ke kaumnya dan melaporkan apa yang dikatakan Rasulullah. Sementara itu Ustman bin Affan yang sebelumnya diutus ke Mekah tidak juga kunjung kembali. Berita yang sampai ke telinga Rasulullah, Ustman telah dibunuh oleh Quraisy !.
Maka Rasulpun bersabda “ Kami tidak akan tinggal diam hingga kami berhasil menumpas kaum Quraisy”.
Kemudian Rasulullah segera mengumpulkan para sahabat dan mengajak mereka berbaiat. Berbait kepada Rasulullah untuk tidak lari meninggalkan medan perang. Baiat ini berlangsung di bawah sebuah pohon dan kemudian dikenal sebagai Baiat Ridwan. Dalam kesempatan itu, Rasulullah mengambil tangan para sahabat satu bersatu sambil berkata : « Pembai’atan ini untuk Ustman ».
Namun tak berapa lama kemudian ternyata Ustman kembali dalam keadaan aman. Rupanya beberapa orang Quraisy sempat menahannya beberapa hari tetapi kemudian melepaskannya kembali. Betapa leganya Rasulullah mengetahui hal tersebut.
Selanjutnya dengan utusan Quraisy yang melaporkan hasil pertemuannya dengan Rasulullah. Setelah berembug, mereka kembali mengutus seseorang untuk menemui Rasulullah. Di tempat ini, Urwah bin Mas’ud, utusan kedua Quraisy, mendapati betapa para sahabat menghormati sang pimpinan, Rasulullah Muhammad saw.
“ Wahai kaum. Demi Allah, aku pernah menjadi tamu para raja, kaisar, kisra dan najasi. Akan tetapi, demi Allah, aku tidak pernah melihat seorang raja yang diagungkan oleh pengikutnya sebagaimana penghormatan yang dilakukan oleh para pengikut Muhammad. Sesungguhnya, dia telah menawarkan suatu langkah yang baik buat kalian. Karena itu, terimalah!”, demikian ucap Urwah, melaporkan hasil pertemuannya dengan Rasulullah kepada para pembesar Quraisy.
Langkah selanjutnya, para pemuka Quraisy memutuskan mengutus Suhail bin Amr sebagai wakil mereka untuk membuat perjanjian dengan kaum Muslimin. Sementara Rasulullah menunjuk Ali bin Abu Thalib ra sebagai juri tulis perjanijian yang di kemudian hari dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah ini.
“ Silahkan”, kata Suhail, “ Tuliskan suatu perjanjian antara kami dan kalian”.
“ Tulislah Bismilahir rahmanir rahim”, sabda Rasulullah kepada Ali.
“ Demi Allah, kami tidak tahu apa itu ‘ar-Rahman’. Tulislah Bismikallahumma », tukas Suhail.
« Demi Allah, kami tidak mau menulis kecuali Bismilahir rahmanir rahim”, kaum Muslimin berkata.
«Tulislah Bismikallahumma. Ini adalah perjanjian yang dibuat oleh Muhammad Rasul Allah », sabda Rasul lagi.
Mendengar ini Suhail sontak menolak, « Demi Allah, seandainya kami mengakui bahwa engkau adalah Rasul Allah, niscaya kami tidak menahanmu untuk datang ke Baitullah dan memerangimu. Tulislah Muhammad bin Abdullah ».
Rasul kembali mengalah, « Demi Allah, aku adalah Rasul Allah sekalipun kalian mendustakanku ! Tulislah Muhammad bin Abdullah ».
Di dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa nabi saw memerintahkan Ali agar menghapuskannya lalu Ali berkata, « Demi Allah, aku tidak akan menghapusnya». Rasulullah lalu bersabda, « Tunjukkan kepadaku mana tempatnya ». Ali lalu menunjukkan dan Rasulullahpun menghapusnya sendiri.
Selanjutnya Rasulullah bersabda kepada Suhail, « Kalian harus membiarkan kami melaksanakan thawaf di Baitullah ». Namun Suhail menjawab, « Demi Allah supaya orang-orang tidak mengatakan bahwa kami mendapat tekanan dari kalian … engkau boleh thawaf tahun depan namun tidak boleh membawa senjata kecuali pedang dalam sarungnya ».
Selanjutnya utusan Quraisy tersebut juga mensyaratkan bahwa jika ada anggota keluarga Quraisy yang masuk Islam kemudian lari dan meminta perlindungan Madinah, mereka harus dikembalikan kepada kaumnya. Sebaliknya bila ada kaum Muslimin yang lari dari Madinah dan meminta perlindungan Makkah, mereka tidak harus dikembalikan.
« Subhanallah, bagaimana mungkin seseorang yang telah beriman akan dikembalikan kepada kaum Musyrikin ? », protes para sahabat. « Apakah kita akan menulis butir ini, wahai Rasulullah ? »
« Ya, sesungguhnya siapa saja diantara kita yang pergi kepada mereka maka semoga Allah menjauhkannya dan barangsiapa diantara mereka datang kepada kita maka Allah akan memberikan jalan keluar baginya », jawab Rasulullah saw.
Itulah sebagian dari isi perjanjian perdamaian Hudaibiyah. Perjanjian ini berlaku untuk 10 tahun. Selama itu tidak boleh terjadi peperangan antara ke dua belah pihak. Masing-masing pihak boleh memilih dan mempunyai sekutu. Maka suku Khuza’ahpun mengumumkan persekutuannya dengan kaum Muslimin. Sedangkan bani Bakar memilih bersekutu dengan kaum Quraisy.
Bahkan disebutkan ketika kaum Muslimin berthawaf tahun depan nanti, kaum Musyrikin tidak diperbolehkan mengganggu. Mereka akan pergi ke lereng-lereng gunung,menyaksikan dari kejauhan.
Namun demikian, sebagian besar sahabat tetap merasa kecewa terhadap isi perjanjian yang dianggap merendahkan umat Islam yang dirasa mulai menguat itu. Umar bin Khattab ra adalah satu diantaranya.
“ Bukankah engkau Nabi Allah?” tanya Umar.
“ Ya, benar”, jawab Rasul.
“ Bukankah orang-orang kita yang terbunuh akan masuk surga dan orang-orang yang mereka bunuh akan masuk neraka?” tanya Umar lagi.
“ Ya, benar”, jawab Rasul tenang.
« Lalu, mengapa kita menyetujui agama kita direndahkan ? », tanya Umar bertambah penasaran.
“Sesungguhnya aku adalah Rasul Allah. Aku tidak akan menyalahi perintah-Nya dan Dia pasti akan membelaku”, jawab Rasul sabar.
« Bukankah engkau telah menjanjikan bahwa kita akan datang ke Baitullah untuk melakukan thawaf ? », cecar Umar.
« Ya, benar. Tetapi apakah aku mengatakan bahwa engkau akan datang ke sana tahun ini ? Engkau pasti akan datang dan thawaf di Baitullah », tegas Rasul.
Umar tetap bimbang. Maka iapun mendatangi Abu Bakar ra. Namun Abu Bakar menjawab pertanyaan Umar persis seperti apa yang dikatakan Rasulullah.
“ Rasulullah tidak akan menyalahi perintah Rabbnya dan Allahpun tidak akan membiarkannya”, jawab Abu Bakar.
Tak lama kemudian Rasulullah memanggil Umar dan membacakan ayat yang baru saja diturunkan-Nya.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni`mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)”.(QS.Al-Fath(48):1-3).
Ya, perjanjian Hudaibiyah sebenarnya adalah sebuah kemenangan besar bagi umat Islam. Ini adalah pengakuan pertama Quraisy terhadap keberadaan kaum Muslimin. Allah, Yang Maha Cerdas dan Maha Teliti yang menuntun Rasulullah agar bertindak demikian. Ini adalah cara Allah mempersiapkan pembukaan pintu Mekah agar Islam dapat masuk tanpa perang ; secara damai dan merasuk ke dalam hati sanubari semua penduduk Mekah yang lama dalam keadaan kesyirikannya.
Di kemudian hari Umar berkata, “ Aku terus berpuasa, shalat, bersedekah dan membebaskan budak ( sebagai karafat) dari apa yang pernah aku lakukan karena takut akan ucapan yang pernah aku lontarkan pada hari itu”.
Namun demikian kekecewaan sebagian besar sahabat yang belum dapat menerima bahwa perjanjiian tersebut sebenarnya adalah kemenangan tetap masih terlihat. Karena ketika Rasulullah memerintahkan agar mereka bercukur dan menyembelih hewan kurban yang mereka bawa sebagai tanda selesainya umrah, tidak mereka indahkan.
Akhirnya Rasulullah, atas usul Ummu Salamah, umirul Mukminin yang ketika itu menyertai Rasulullah, tanpa banyak kata, langsung bercukur dan menyembelih kurban yang dibawanya. Maka para sahabatpun, tanpa kecuali, langsung mengikuti apa yang diperbuat Rasulullah.
Setahun kemudian yaitu pada bulan Dzulqai’dah tahun ke 7 H, Allah swt memenuhi janji-Nya. Rasulullah beserta 2000 umat Islam memasuki Mekah dan melaksanakan umrah. Seluruh sahabat yang ikut dalam perjanjian Hudaibiyah tak satupun yang tertinggal kecuali yang wafat dalam perang Khaibar sekembali dari perjanjian tersebut.
” Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang hari ini menyaksikan kekuatan yang datang dari hadirat-Nya”, begitu bunyi doa Rasulullah ketika tawaf sambil mengangkat tangan kanannya. Kemudian mencium hajar aswad lalu berjalan cepat sambil mengelilingi Ka’bah.
Sebelumnya Rasulullah dan para sahabat memang sempat khawatir bahwa kedatangan mereka kali inipun akan tetap dihalangi orang-orang Quraisy. Namun Allah swt segera menurunkan ayat-ayat yang isinya mengizinkan Rasulullah memerangi orang-orang tersebut meski di tanah Mekah sekalipun. Karena menghalangi seseorang menjalankan ibadah sama dengan menyebar fitnah.
” Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“.(QS.Al-Baqarah(2):191-192).
Dan atas tekad kuat kaum Muslimin, Allah swt memberikan ridho-Nya hingga Rasulullah dan para sahabat dapat menjalankan ibadah tersebut tanpa hambatan. Tampak bahwa Allah telah memasukkan rasa gentar dan takut kepada orang-orang Quraisy untuk mengganggu kedatangan kaum Muslimin.
Langganan:
Postingan (Atom)