Hikmah dibalik Tayamum...
Teman saya bertanya kepada saya, “Kamu sering kesetrum listrik statis waktu memegang handle pintu kantor kita?”
Saya jawab, “Iya, betul sekali. Tetapi hanya waktu winter saja.”
Setiap musim winter tiba, saya memang sering merasa kesetrum ketika memegang handle pintu yang terbuat dari bahan logam seperti almunium.
Ia bertanya, “Tahukah kamu mengapa hal ini tidak terjadi di musim yang lain?”
Saya jawab, “Tidak tahu.”
Kata teman saya, “Karena udara sangat kering di musim winter.”
Saya tanya, “Kok bisa begitu?”
Jawab dia, “Karena molekul air yang mengembun di tubuh kita akan menetralkan listrik statis yang terakumulasi di tubuh kita.
Di musim winter, udara sangat kering, sehingga tidak ada molekul air di permukaan kulit kita.
Elektron yang terkumpul di tubuh kita, yang kebanyakan berasal dari gesekan jaket yang kita kenakan, akan terus terakumulasi.
Dan begitu tangan kita menyentuh logam yang merupakan konduktor yang baik, elektron yang terakumulasi tadi langsung “meloncat” dari tubuh kita ke logam tsb.
Itu adalah fenomena “petir mini”, dan ujung jarimu yang merasa seperti tersambar petir. Hal ini mirip dengan fenomena penangkal petir.
Di atas ada gumpalan uap air yang kaya akan elektron.
Elektron elektron itu akan “meloncat” ke bumi melalui titik titik terdekat dengan awan dan bahan konduktor yang bagus.”
Saya terkesima, dan berujar, “Oooo, begitu ya, ceritanya.”
Ia pun dengan semangat meneruskan kuliahnya, “Jadi, kalau kamu tidak ingin tersambar petir mini alias kesetrum listrik statis, sebelum kau memegang handle pintu, basahilah dulu tanganmu dengan air.
Atau,kalau tidak ada air,salurkanlah elektron di tubuhmu ke bumi dengan menebakkan tanganmu ke tanah atau tembok.”
Saya terperangah dengan kalimat terakhir itu. Saya terperanjat.
Saya terkagum kagum,lalu Sayapun bertakbir:
Allahu Akbar..!!!
Bertahun-tahun saya bertanya-tanya tentang tayamum sebagai pengganti wudhu, bertahun-tahun naluri keingintahuan saya pendam.
Hari ini,temanku yang notabene seorang atheis yang menjelaskannya dengan gamblang dengan teori listrik statis; sebuah ilmu sederhana yang sudah aku pelajari sejak bangku SD dan selalu kudapatkan pelajaran itu di jenjang sekolah berikutnya.
Dulu, saya mengira bahwa (satu satunya) hikmah berwudhu adalah membersihkan badan dari kotoran yang menempel di tubuh kita.
Tetapi saya tidak habis fikir, bagaimana bisa wudhu diganti dengan tayammum yang dilakukan dengan membasuhkan debu ke wajah dan telapak tangan?
Ternyata “kotoran” yang ada di dalam tubuh kita ternyata bukan hanya debu yang menempel ke tubuh kita.
Ada jenis “kotoran” yang tidak terlihat oleh mata, jauh lebih berbahaya bila tidak segera di”buang”.
“Kotoran” itu bernama elektron, yang apabila terlalu banyak terakumulasi di tubuh kita bisa merusak keseimbangansistem elektrolit cairan di dalam tubuh kita.
Molekul molekul air H2O yang bersifat polar sangat mudah menyerap elektron-elektron yang terakumulasi di tubuh kita.
Hanya dengan mengusapkan air ke permukaan kulit saja,
maka “kotoran” elektron itu dengan mudah “terbuang” dari tubuh kita. Sekarang saya faham, mengapa Rasulullah SAW pernah “mandi besar” hanya dengan menggunakan air satu ciduk saja, kurang lebih satu liter saja.
Rupa rupanya yang dibutuhkan hanyalah membasahi seluruh permukaan tubuh dengan air, tanpa harus mengguyurnya; dan itu pulalah sebenarnya definisi syar’i wudhu dan mandi besar, hanya perlu membasuh saja, dan bukan mengguyur.
Ternyata, hanya dengan membasuh kulit tubuh dengan air itulah kelebihan elektron di permukaan tubuh kita akan dinetralkan.
Dengan teori “kotoran” elektron listrik statis inilah akhirnya rahasia di balik tayamum sebagai pengganti wudhu menjadi terang benderang di mata saya; bahwa air yang dibasuhkan ke kulit tubuh akan menetralkan listrik statis di tubuh kita, dan penetralan itu bisa diganti dengan menebakkan tangan ke tanah dan mengusapkan debu wajah dan telapak tangan.
Pernah ada kisah seorang sahabat bergulung gulung di tanah karena ia harus mandi besar dan tidak ada air.
Ia mengira, bahwa ia harus melumuri tubuhnya dengan debu, sebab ia beranalogi dengan wudhu dan tayamum.
Kalau wudhu yang mengusap hanya wajah, kepala, tangan dan kaki difanti dengan tayamum yang mengusap wajah dan telapak tangan,
maka mandi janabat yang harus membasuh seluruh tubuh diganti dengan tayamum seluruh tubuh.
Rasulullah pun menjelaskan bahwa tayamum untuk mandi janabah dilakukan sama persis dengan tayamum sebagai pengganti wudhu,
yaitu cukup wajah dan telapak tangan saja.
Subhaanallaah. … Satu lagi Allah tunjukkan kepada saya bukti kebenaran Alqur’an sebagai wahyu Allah dan bukan karangan manusia:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni’mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”. (QS Al-Maidah (5):6).
Merasa mendapatkan “ilmu baru”, saya pun mengklarifikasi hal ini ke mbah Google. Rupa rupanya saya ketinggalan jaman.
Ternyata literatur mengenai wudhu, tayamum dan listrik statis ini sudah berjibun jumlahnya.
Inilah salah satunya:
Untungnya saya melakukan literatur search kecil kecilan sebelum membagi pengalaman saya di atas.
Jika tidak, bisa bisa saya mendapat gelar baru Plagiator!
Alaa kulli haal, above all, mudah mudahan sharing pengalaman saya ini bisa menambah keyakinan bagi rekan rekan semua akan kebenaran Alqur’an. Sukur-sukur ada yang bersedia menjelaskan lebih detail. Aamiin...
Wassalam,
(Subhanallah .. sebelumnya mohon maaf tulisan diatas saya kutip tanpa izin, dengan keyakinan demi memberikan manfaat kepada sebanyak mungkin orang).
Wallahu’alam bish shawwab.