Jumat, 30 Maret 2012

Kabar Gembira Dengan Kelahiran Sang Anak


Kabar Gembira Dengan Kelahiran Sang Anak


Al-Qur’an telah menyebutkan kabar gembira tentang kelahiran anak dalam banyak ayat dalam rangka mengajarkan kaum muslimin tentang kebiaasaan ini, karena padanya ada pengaruh yang penting untuk menumbuhkan kasih sayang dan cinta di hati-hati kaum muslimin.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Wahai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira padamu dengan kelahiran seorang anak yang bernama Yahya” (QS: Maryam: 7) dan yang artinya: “Maka berilah kabar gembira padanya dengan kelahiran anak yang sangat penyabar” (QS: Ash-Shafaat: 101) dan yang artinya: “Mereka (para malaikat) berkata: Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan kelahiran (seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim”(QS: Al-Hijr: 53)
Dan juga firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): ‘Sesungguhnya Alloh menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Alloh, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh” (QS: Ali-Imran: 39)
Seharusnya kita kaum muslimin mencintai kebaikan bagi saudara-saudara kita. Kita turut bahagia dengan kebahagiaan mereka dan turut sedih dengan kesedihan mereka. Jika kita memang orang muslim yang sebenar-benarnya, maka kita merasa seperti satu jasad. Bila salah satu anggotanya merasa sakit, maka semua anggota lainnya terpanggil untuk bergadang dan merasa demam. Sebagaimana hal ini dimisalkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya. Akan tetapi di mana kita dari hal yang demikian itu ? Sementara permusuhan dan kebencian telah menyala-nyala di kalangan kaum muslimin sendiri dan hasad menjalar di tengah mereka dan kebaikan telah menipis. 
Hanya kepada Allohlah tempat mengadu.
(Sumber Rujukan: Ahkamul Maulud fi Sunnatil Muthahharah, Salim bin Ali bin Rasyid Asy-Syubli Abu Zur’ah dan Muhammad bin Khalifah bin Muhammad Ar-Rabah)