Jumat, 30 Maret 2012

Perjalanan Sang Khalifah 1


“ dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus” . (QS.Al–Hajj(22):54).
      Bersyukurlah kita sebagai kaum Muslimin karena Allah swt telah berkenan memberikan kita ilmu yang benar, ilmu yang memberikan kita petunjuk kemana harus melangkah, kemana harus memohon pertolongan. Dengan adanya kitabullah, Al-Qur’anul Karim inilah kita menjadi tahu apa sesungguhnya hakekat hidup ini. Segala puji hanya bagi Allah yang telah begitu banyak memberikan kasih-sayangnya kepada kita semua. Dan Rasulullah Muhammad saw yang begitu gigih mengajak kaumnya untuk menuju kepada kebenaran sehingga hingga detik ini ajaran Islam bisa sampai kepada kita dengan izin-Nya, semoga Allah swt senantiasa memberikan balasan tertinggi baginya.
 Namun ilmu yang benar, sekalipun itu ilmu yang berasal dari –Nya, bilatidak membuat kita beriman, mempercayai dengan hati yang tunduk patuh serta ikhlas menyerahkan segala hajat keperluan serta mengerjakan perintah dan larangan-Nya, maka sia-sialah ilmu dan pengetahuan tersebut. Jiwa manusia pada fitrahnya adalah bersih. Ini yang menyebabkannya mampu bersumpah dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan hanya kepada-Nya ia menyembah dan mematuhi segala aturan-Nya. Namun dalam perjalanan hidupnya selama di dunia, dibutuhkan daya dan upaya agar ia tetap berada di jalan yang benar.
 Orang-tua dan keluarga adalah bagian terpenting dari perkembangan hidup seseorang. Berikutnya adalah lingkungan, termasuk sekolah serta pergaulannya.
 Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda : “Tiada anak manusia yang dilahirkan kecuali dengan kecenderungan alamiahnya (fitrah).Maka orang-tuanyalah yang membuat anak manusia itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”.
 Hidup di zaman sekarang memang berat. Padahal fasilitas dan segala kemudahan hidup telah jauh lebih baik dibanding tahun-tahun dimana orang-tua atau nenek-kakek kita hidup. Apalagi bila dibandingkan dengan masa dimana Rasulullah beserta para sahabat hidup. Namun sungguh ironis, bisa kitalihat secara kasat mata justru mutu akhlak sebagian manusia kacau. Yang hidup berkecukupan dan berlimpah kekayaan tidak memiliki kepedulian sosial, sebaliknya yang hidup kekuranganpun enggan memohon kepada-Nya. Mereka mengerjakan shalat namun prilakunya tidak mencerminkan keislamannya yang mustinya rahmatan lilalamin. Bahkan belakangan ini tidak saja pergaulan bebas muda-mudi yang meraja-lela namun bahkan pergaulan sesama jenis makin menggila!
 Iblis memang telah diberi tangguh siksanya dan ia diberi keleluasaan untuk mengganggu jalannya manusia menuju kebaikkan. Sifat Iblis memang demikian, ia keji dan mungkar. Ia tidak rela menjalani hukuman api neraka seorang diri. Dendam masa lalunya terhadap nenek moyang manusia, Adam as terus membakarnya. Itulah sebabnya ia berusaha sekuat tenaga menyesatkan manusia.
 “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,”(QS.Al-Hijr(15):39).
 Sebaliknya bila manusia tetap berpegang teguh pada tali Allah, sesungguhnya Iblis dan bala tentaranya, yaitu syaitan baik dari jenis jin maupun dari jenis manusia tidak akan mampu menggoda dan menjerumuskan manusia. Sesungguhnya godaan syaitan hanya berhasil bila manusia memperturutkan hawa nafsu dan keinginan yang tidak didasari akal dan hati, bukan berdasarkan kebutuhan. Semakin seseorang mempercayai bisikan dan dugaan syaitan maka semakin besar pula pengaruh bisikan dan godaan syaitan tersebut. Allah mengikuti persangkaan hati manusia. Bila ia berburuk sangka pada-Nya dan berbaik sangka pada syaitan maka Allah akan mengabulkan persangkaannya tersebut. Begitupun sebaliknya.
 Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”. (QS.Al-An’am (6):116).
 Rasulullah saw diutus agar membebaskan manusia dari ketakutan dan ketaklukan kepada yang selain dari Allah swt. Pertolongan, manfaat maupun mudharat hanya bisa datang dan terjadi karena kehendak-Nya. Bahkan ahli sihir, dukun, mantera-mantera, obat-obatan, dokter, kesembuhan dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan, rezeki, kebahagiaan maupun kecelakaan semua dapat terjadi karena izin Allah. Allah memberikan akal bagi manusia agar manusia mau mencari ilmu. Dan dengan ilmunya itu manusia harus berusaha bagaimana mencari rezeki, bagaimana agar kita hidup sehat, bagaimana agar hidup bahagia. Namun hasil dari usaha dan upayanya itu Allah yang menentukan.
 Rasulullah bersabda : “Barangsiapa menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka ia harus memiliki ilmunya; barangsiapa menghendaki (kebahagiaan) akhirat, ia harus memiliki ilmunya dan siapapun yang ingin meraih keduanya, maka ia harus memiliki ilmunya. (ilmu keduniaan dan ilmu akhirat)”.
Akhir kata, Rasulullah mengajarkan agar kita senantiasa memohon kepada-Nya agar dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat, ilmu yang akhirnya hanya menjadi penghancur diri manusia di akhirat kelak.

” Allahumma innii asaluka rizqon thoyyibaan wa ’ilman naa fi’aan wa ’amalaan maqbuulaan

Artinya : “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada- Mu rizki yang baik dan ilmu yang bermanfa’at dan amal yang diterima”.
 ” Allahumma inni a’udzubika min ’ilmin laa yanfa’ wa qolbin laa yakhsya’ wa du’aain laa yusma’ wa nafsin laa tasyba’ ”  
Artinya : ” Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bergunahati yang tidak pernah khusu’(tenang), doa yang yang tidak didengar dan dari nafsu yang tidak pernah puas
 Wallahu’alam bishawab.