Senin, 19 Maret 2012

Jauhkan Sifat Tinggi Hati Dari Kita

Jauhkan Sifat Tinggi Hati Dari Kita
Allah SWT berfirman:
"Hamba-hamba Ar-Rahman yaitu orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan sikap rendah hati."(QS. Al-Furqan: 63)


Pada dasarnya hati kita tidak menyukai pada orang yang tinggi hati. Orang tidak suka pada pemuda tampan atau gadis cantik yang angkuh. Setiap orang tidak menyukai pemimpin yang sombong dan tinggi hati. Setiap orang tidak menyukai orang kaya yang sombong memamerkan kekayaannya. Murid-murid tidak suka pada guru yang sombong lagi suka menghina. Keangkuhan dan tinggi hati menyebabkan orang lain menjauh darinya. Tinggi hati membuat orang tidak suka padanya. Tinggi hati sifat Syaitan yang harus di jauhi oleh orang muslim. Tinggi hati membuat orang buta mata hati, tuli pada kebenaran, dan enggan menerima fatwa dan nasehat orang lain. Tinggi hati dapat menutup diri dari pengakuan terhadap kekurangan diri. Ia merasa orang yang terpandai, terkaya, tertinggi, terhormat, dan lain sebagainya. Tinggi hati dapat mengundang permusuhan dan kebencian. Allah sangat murka pada orang yang angkuh dan tinggi hati. Bahkan, Allah tidak akan memasukkan ke dalam surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walau pun kesombongan itu sebesar biji sawi. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini!


Di riwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, bahwa Rasulullah saw. Bersabda:
"Tidak akan masuk surga, orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan walau sekecil biji sawi." (HR. Muslim).

Kesombongan adalah penderitaan yang tidak pernah membangkitkan belas kasihan. Orang akan enggan menolong orang sombong ketika ia butuh pertolongan.

Kesombongan tidak akan memperoleh kemulyaan dan simpati di hati orang. Ia sifat yang menjijikkan. Tetapi lebih menjijikan lagi jika ada orang miskin, awam, orang rendahan yang bersifat sombong. Yang diharapkan orang yang tinggi hati adalah pengakuan, pujian dan sanjungan, tetapi malah yang mereka terima adalah hinaan dan celaan. Ia anggap orang lain lebih buruk darinya. Ia merasa dirinya lebih berharga dan dibutuhkan orang lain. Orang yang tinggi hati tidak akan pernah dihormati orang. Allah akan menghinakan kedudukan orang yang tinggi hati. Orang yang tinggi hati telah terjerat oleh sifat tercela seperti riya’ (ingin dilihat orang), ujub ( merasa diri banyak kelebihan), sum’ah (ingin di dengar orang), hubbul jah (suka kemegahan). Orang yang hatinya terbalut dengan sifat tinggi hati, maka hatinya tidak pernah istirahat dari penyesalan dan sakit hati. Ia akan disiksa oleh perasaan sendiri.

Kesombongan dan tinggi hati disebabkan oleh banyak hal, di antaranya karena cinta dunia yang brlebih-lebihan serta mereka memang berada; karena ilmu dan kepandaian, banyak pengikut, menjadi sesepuh yang ucapannya di dengar orang, dan kududukan. Namun, intinya kesombongan itu karena hati yang keras hingga gensi menguasai dirinya. Lihat saja bagaimana kaum yang dulu yang sombong lagi congkak! Kaum Nabi Nuh a.s. yang ingkar dan tinggi hati hingga tidak mau mengikuti seruannya, maka Allah tenggelamkan dalam banjir banding yang besar. Kaum Nabi Musa a.s. yang memamerkan harta kekayaannya karena sombong, Allah benamkan ke dalam tanah. Lihat pula, bagaimana Syaitan dikutuk Allah dan di jadikan oleh Allah sebagai penghuni neraka sa’ir, itu dikarenakan Syaitan tinggi hati terhadap Nabi Adam a.s. hingga mendurhakai perintah Allah. Tinggi hati atau kesombongan menyebabkan seseorang enggan melakukan perintah Allah dengan tawadhu’ dan sering mendurhakai perintah-Nya. Hati yang tertutup, sulit bagi hidayah yang akan masuk. Hati yang beku membuat mata jadi buta, telinga jadi tuli, dan pikiran jadi tumpul, hingga yang menjadi dasar hidupnya adalah hawa nafsunya.

Jangan kagum dan ta’jub dengan orang yang dapat duduk di atas udara dan jangan ta’jub dengan orang yang dapat berlari di atas air, tetapi lihat bagaimana keteguhan ia menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah serta lihat pula akhlak dan sopan santun prilakunya! Bukankah Syaitan dapat terbang dari ufuk barat ke ufuk timur dalam sekejab mata, tetapi karena kesombongan dan tinggi hati Syaitan tetap di kutuk ( mal’un ) oleh Allah.

Kebalikan dari tinggi hati adalah rendah hati atau tawahu’. Rendah hati bukan orang selalu minder untuk berbuat, tetapi orang yang tawadhu adalah orang yang menerima kebenaran yang datang dari siapa pun datangnya dan mengakui kelebihan orang. Orang yang tawadhu’ tidak suka di puji dan di puja. Orang yang tawadhu adalah orang yang sangat malu kepada Allah. Hingga dirinya merasa tidak berharga di sisi Allah, manakala menurut orang lain ia memiliki banyak kelebihan. Terhadap orang yang di bawahnya ia rendah hati dan bersikap lemah lembut. Jika ia diberi harta melimpah, maka ia malu kepada orang yang miskin, karena hartanya akan banyak dihisap. Sedangkan orang yang miskin lagi bersyukur, ia mudah melalui proses perhitungan amal. Karena itu, baginya orang miskin itu lebih baik dari pada dirinya. Melihat anak-anak, ia malu dan tawadhu’ kepada mereka. Sebab, mereka masi suci belum banyak maksiat kepada Allah, sedangkan dirinya hampir semua waktunya dilalui dengan maksiat kepada Allah. Karena itu, ia tidak segan-segan meminta do’a kepada orang yang lebih muda darinya. Ia tidak pelit untuk memuji orang yang layak di puji.

Ketika ia melihat tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan ciptaan Allah, hatinya malu dan tawadhu’. Bagaimana tidak? Karena hewan dan tumbuhan setiap hari bertasbih kepada Allah. Sedang hati, pikiran, dan tubuhnya selalu sibuk memikirkan dunia dan disibukan dengan urusan dunia. Ia sering melupakan Allah dalam kehidupannya.

Saat berdampingan dengan orang alim yang ahli ibadah, hatinya iri kepadanya, sebab ia sudah melalui masa hidupnya banyak di pergunakan untuk memenuhi panggilan Allah dan banyak beribadah. Sedangkan dirinya, shalat saja tidak khusyu’, sedekah masih berat, mencari ilmu saja masih kadang-kadang, ibadah sunah saja sering ditinggalkan, maksiat sering dilakukan. Bagi orang yang tawadhu’, semakin kaya dan tinggi derajatnya, semakin malu terhadap Allah. Semakin di puji dan di puja banyak orang, hatinya gelisah khawatir ada rasa senang saat di puji dan ia merasa dirinya tidak pantas untuk dipuji, sebab kelebihan, ilmu, harta, kedudukan, dan kehormatan itu semua adalah milik Allah yang hanya sekedar dititipkan kepada dirinya. Ia lebih bahagia jika tidak dikenal orang, tidak di puji orang, tidak di eluh-eluhkan orang, dan di idolakan orang.

Ia melihat air yang mengalir selalu ke tempat yang lebih rendah. Ia sejukkan tanah yang kering. Ia sucikan tubuh, tempat, pakaian, dan perabot yang najis, ia bersihkan semua yang kotor, ia sangat berguna bagi semua makhluk hidup termasuk manusia, bahkan tidak ada kehidupan tanpanya. Tetapi air tetap diam seribu bahasa.Walau pun jasanya sangat banyak, ia tidak pernah bilang kalau jasanya sangat banyak. Ia tetap merendahkan diri di hadapan semua makhluk Allah. Ia merendahkan diri seperti itu, karena Allah yang memerintahkan dirinya.

Ia melihat padi, semakin tua menguning, semakin berisi. Semakin berisi padi itu, ia semakin menundukkan diri. Ia pun malu pada tumbuhan padi dan memohon kepada Allah agar dirinya dianugrahi sifat khusyu’ dan tawadhu’ karena Allah semata. Rendah hati sifat mulia yang dicintai oleh Allah. Sebab tawadhu’ Allah meninggikan derajatnya. Tetapi bukan derajat atau kemuliaan yang ada di balik sifat tawadhu itu yang di harapkan. Melainkan, Keridhaan Allah-lah yang di harapkan. Salah satu perkara yang mendatangkan ridha Allah adalah rendah hati atau tawadhu dan menjauhi sifat tinggi hati. Allah akan bersama orang yang selalu menjaga hati tetap tawadhu di hadapan Allah SWT. Dan tidak bisa tawadhu’ yang sesungguhnya, kecuali orang yang ma’rifat dan dekat dengan Allah SWT. Orang yang kontinyu memohon agar dirinya dihiasi dengan sifat tawadhu’-lah yang akan memiliki sifat ini. Semoga dengan rendah hati kita semua dapat hidup lepas, tentram, bahagian, khusyu’, dan istiqomah dalam menjalankan perintah Allah SWT. Amin.